Nah, kedapatan ada yang bawa senter korek api. Tau kan senter korek api yang pake baterai seukuran baterai jam tangan yang cahayanya nggak lebih terang dari cahaya lilin. Kenapa nggak sekalian aja lu bawa lilin sampe keatas biar lebih terang. Dikira kita mau tamasya kepantai terus buat api unggun untuk ngusir nyamuk.
Akhirnya karena ada beberapa yang gak bawa senter sekaligus yang bawa senter korek api, jadi pendakian dibagi menjadi lima kelompok. Nah, gue yang baru satu kali naik ke puncak lewat jalur Rambang disuruh jadi pemandu jalan. Dengan carriel segede speaker acara kondangan ditambah variasi dua botol air 1,5 liter bergelantungan membuat gue lebih pede melangkah ke jenjang selanjutnya. Dan belum jalan aja gue udah salah jalan, malu gue. Untung malem, jadi ekspresi wajah nggak terlalu kelihatan.
Dua puluh menit berlalu melewati jalan nanjak yang nggak pake berhenti membuat kaos hitam yang gue pake, basah luar dalem. Pengen rasanya lari turun kebawah nyebur ke air terjun terus diriin tenda dibawah, biar gue ngecamp dibawah aja. Dengkul belum apa-apa udah gemeteran, gue pikir cuma gue yang ngerasa kayak gini, ternyata yang lain juga sama, gak jadi dah gue turun lagi jadi istirahat aja bentar.
Lima menit istirahat, pendakian kembali dilanjutkan. Terus nanjak, gak lama kemudian ada yang teriak, keram, keram!. Ternyata temen gue yang dibelakang namanya ilham (bukan keram) kakinya yang keram dan nggak bisa jalan untuk sementara. Jadi deh kita istirahat lagi sambil nungguin kakinya si Ilham normal lagi.
Setelah kaki si Ilham normal, kita lanjutkan lagi pendakian yang baru dijalani sekitar 20% . Setengah perjalanan kemudian kembali terhenti dengan teriakan STOOOP! dari yang belakang. Ternyata temen gue lagi tuh, namanya Habib disengat kalajengking dan akan segera menjadi Scorpionman kayak di film-film. Seketika wajah habib berubah menjadi lebih ganteng, lebih bercahaya dan gue mulai ngelantur karena mengalami dehidrasi yang membuat pikiran mulai kacau. "Air-air", teriak gue yang membawa dua botol besar air dibelakang tas meminta air kepada teman yang dibelakang gue. Mungkin temen yang air nya gue minta itu berpikiran "Kak ari pelit amat, udah bawa dua botol besar air, masih minta air punya gue", bukan gue bukan pelit, cuma susah aja ngambil air dibelakang, mesti turun naik tas yang beratnya bikin pundak merah.
Si Habib normal, kita kembali melanjutkan pendakian. Gue mulai lemes karena carriel yang segede speaker acara nikahan, akhirnya gantian temen yang dibelakang buat jadi pemandu jalan didepan. Satu persatu variasi gantungan air dengan botol seukuran 1,5 liter gue bagiin buat dibawa temen-temen lain biar ngurangin beban gue. *Kasian ya..
Gak lama kemudian ada lagi yang teriak "keram-keram!" gue berhenti, tapi yang lain terus jalan, nah gue bingunng kok terus jalan. Gue nanya ke temen belakang karena nggak sanggup ngejar yang didepan. Ternyata pendengaran gue salah, yang diteriakin tadi itu "JURANG, BUKAN KERAM". Gue minum lagi air putih yang langsung diambil dari air terjun pegunungan. "Pendakian ini makin menyiksa", pikir gue sambil ngebayangin dirumah ada kasur sama selimut tebal, makan enak, minum tinggal beli ketoko didepan rumah tanpa harus jalan nanjak. Dan terus melanjutkan perjalanan.
Ketika mencapai ketinggian sekitar lima ratus meter diatas permukaan laut, kami kembali beristirahat. Gue yang semakin lelah dan ngerasa semakin dingin karena kabut yang menutup jarak pandang mulai menggunakan jaket, ah itung-itung sambil ngurangin beban carriel.
Setelah sepuluh menit beristirahat, satu persatu mulai melanjutkan pendakian di tengah kabut yang menutup jarak pandang. Kami sampai di Puncak pukul 23.15 WIB.
Baru naik gunung yang tingginya 600an meter ini aja udah sakitnya minta ampun ya. Konon pengen naik ke Semeru yang ribuan meter? hahahaha... Semoga nanti bisa ke Semeru. :D
BalasHapusDoain lah bang.hehe
HapusAngka ketinggian tak menjamin segalanya mudah, karena bagaimanapun kerasnya kita menepis rasa meremehkan, tetap saja akan terasa kalau gunung/bukit itu punya tingkat kesulitannya sendiri :)
BalasHapusYup, bener bang, setiap gunung/bukit punya karakternya tersendiri. yang pasti kalo naik gunung itu pasti nanjak, :D
HapusJadi berpikir ulang kl mau hiking, berat bawa carriel dan bawa perut T_T
BalasHapuskalo semangatnya kuat, mudah-mudahan bisa kak.. :)
Hapusmendaki memang tak pernah mudah..
BalasHapusyup bener, :)
Hapus