“Kalau musim hujan seperti sekarang ini, jalannya sangat parah.” Hal itu diungkapkan Kepala Desa Ranggung Kec. Payung Kab. Bangka Selatan saat kami akan berkunjung ke Dusun Pangkalan Batu.
Pukul 13.30 WIB, hujan mulai sedikit reda, tapi mendung masih menggantung di atas kepala, setia menemani hujan yang turun rintik - rintik. Aku dan beberapa teman lainnya segera menuju rumah Kepala Desa yang menjanjikan kami pinjaman mobil pickup untuk berangkat ke Dusun
Pangkalanbatu.
Untuk menuju Dusun Pangkalanbatu,
jalan yang dilalui memang agak rumit. Aku lupa untuk mengingat apa nama jalan yang mengarah ke perkebunan sawit ini atau memang tak punya nama sama sekali. Jalan yang berwarna kuning ini tidak memiliki
arah penunjuk jalan, hanya tanah kuning yang
tak jelas akan berakhir dimana.
Beberapa menit berlalu, mobil pickup ini mulai
terpental - pental. Aku yang duduk di bak belakang harus berpegangan kuat, meraih apa pun yang dapat dijadikan pegangan. Kami mulai memasuki jalan yang seperti dikatakan Pak Kades pada awal
cerita.
Hujan tadi memang
membuat jalan menuju Dusun Pangkalanbatu menjadi lebih rumit. Tak hanya
mobil yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa untuk melewati jalanan seperti ini, sepeda
motor pun harus meraung - raung mengeluarkan tenaga lebih untuk keluar dari licinnya tanah liat yang dibasahi air
hujan. Seorang ibu – ibu dengan derigen diatas kepalanya berjalan tanpa alas
kaki sembari berkata, “along ikak jalan kaki (lebih baik kalian berjalan kaki),”. Kemudian dia tertawa. Dalam situasi seperti ini, memang tawalah yang hanya dapat diandalkan menjadi hiburan tanpa mengharapkan jaringan seluler yang sekarang lebih memberi batas tawa antar kawan satu meja. Terlebih, akses telepon memang masih sulit disini, tak usah ditanyakan bagaimana mereka akan memberikan kabar darurat terhadap tetangga di Kampung seberang.
Aku dan yang lainnya turun, karena mobil yang kami tumpangi sudah tidak dapat bergerak terperangkap lumpur.
Tidak ada bantuan seperti offroad yang sering ku lihat di televisi. Kami harus bekerjasama, rela
baju yang putih menjadi kuning. Mobil kami angkat bersama - sama.
“Kami dak minta banyak dak,
tolong dibangun jalan untuk kami ke kampong tu ge jadi lah.” Laki-laki yang
hendak menuju ke dusun pangkalanbatu menceritakan keluh kesahnya pada kami.
Mobil kami tinggalkan dipinggir
sungai, kami kembali melanjutkan perjalanan kurang lebih 20 menit dengan
menggunakan perahu dayung yang dapat ditumpangi maksimal 6 orang.
Kami naik ke atas perahu, jarak
dari bibir perahu ke permukaan air hanya hitungan ruas jari. Pak RT mendayung
dengan tenang. Sungai begitu tenang, hanya terdengar nafas orang tua yang lelah
karena mendayung.
Kami kembali melanjutkan dengan
berjalan kaki hingga ke perkampungan. Rumah panggung berdinding papan dibangun
berjajar berhadapan dengan beberapa rumah lainnya. Jika dilihat sekilas, semua
tampak seragam dengan dinding berwarna cokelat kayu dengan atap daun kelapa.
Tanpa listrik disiang hari, tanpa suara dari televisi, semua hening.
Seorang anak, namanya Romadhon.
Dia sendiri tak tahu berapa umurnya ketika ditanya. Tidak bisa membaca dan
menulis. Pendidikan memang sangat minim disini karena akses jalan yang begitu
sulit. Listrik hanya menyala beberapa jam sehari yang berasal dari
generator dengan bahan bakar yang disokong bergotong royong. Kesehatan tak
perlu dipertanyakan sudah pasti tidak ada.
“Jangankan sehat disini, mati ge
saroh, nek bepikul mayat gi ke kampung nu (Jangankan sehat, disini mati saja susah, harus membawa jenazah ke kampung disana),” ungkap pardi yang dulu pernah
tinggal di dusun pangkalanbatu.
Jika dimaksimalkan pemanfaatan dana infrastruktur desa, warga pasti tidak perlu bersusah payah memenuhi kebutuhan sehari - hari, baik kesehatan maupun pendidikan. Mereka hanya berharap akses jalan dibangun dan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Jika dimaksimalkan pemanfaatan dana infrastruktur desa, warga pasti tidak perlu bersusah payah memenuhi kebutuhan sehari - hari, baik kesehatan maupun pendidikan. Mereka hanya berharap akses jalan dibangun dan diperbaiki sebagaimana mestinya.
wah...semoga suatu saat bisa berkunjung ke desa ini ya...akses nya tantangan banget
BalasHapusmudah2an presiden yang sekarang bisa membuat pembangunan merata sampe kesini
BalasHapus